Jumat, 17 Oktober 2014

Surat untuk Masa Depan(ku)

Untuk mu, yang masih terus ku sebut dalam doa..

Hai, sedang apa kamu sekarang?

Aku sedang membayangkan dirimu sekarang sedang tertidur. Ya karena memang saat ini aku menulis surat ini pada pukul 2 dini hari hehe. Aku masih berusaha untuk bersabar agar bisa melihat tidurmu dengan wajah tanpa dosa mu. Aku ingin segera memijit dahi mu agar tak ada kerutan sehingga kau bisa lebih rileks dan tidur lelap. Aku akan selimuti diri mu agar dingin tak menusuk tulang mu, sehingga keesokan harinya kau dapat kembali menjadi tulang punggung keluarga yang kokoh yang paling aku banggakan, sebagai tulang rusukmu.

Aku selalu membayangkan bagaimana nanti kita akan bertemu. Apakah akan lucu, romantis, atau justru ternyata kau dan aku adalah orang yang sudah saling mengenal sejak dulu.Jujur saja, pertemuan itu selalu ku nanti-nanti, aku lah orang selalu merindukan itu. Mungkin kau tidak. Mungkin saja masa depan karir mu, dan masa-masa muda dengan teman-teman mu sedang kau nikmati saat ini. Begitulah laki-laki, namun aku yakin pada saat kita bertemu dan berkomitmen kau akan menempatkan aku paling utama dalam segala hal, sebagaimana aku yang tidak sabar ingin segera menghormatimu dan mencium tangan mu sebagai tanda baktiku pada suami. 

Sesungguhnya aku tak sabar ingin mengajakmu jalan-jalan. Travelling dan wisata kuliner, sesuai dengan hobby ku. Kita akan lebih banyak mengunjungi pantai dan melihat pergantian hari berdua ketika senja. Sama-sama memastikan bahwa hari ini dan esok kita masih terus bersama. Kita cicipi seluruh kuliner yang kita lewati, sate, dimsum, ayam bakar, pizza, tongseng, sushi.. Banyak memang, tapi tak usah takut gemuk, sayang. Kita cicipi semua sepiring berdua.Selain biar lebih romantis, agar dompetmu juga tidak akan ikut kurus kan haha. 

Mungkin saat itu aku masih belum pandai memasak. Keahlian ku di dapur hanya bisa berkreasi dengan "mie". Tapi tenang saja, aku tidak akan meracunimu dengan hanya selalu mengonsumsi itu.Akan ku prioritaskan kesehatan kepala keluarga ku dengan membeli semua sayur dan ikan di pasar. Aku akan lebih rajin lagi membaca buku resep. Barang kali kau sudi membantu ku di dapur berperang dengan minyak, penggorengan, pisau, dan cobek.

Aku yakin kau tak jauh berbeda dengan lelaki pujaan ku lainnya, ayah ku. Ketika aku sedang memasak, lalu gasnya habis. Kau lihat aku cemberut di depan wajan penggorengan. Dari jauh kau tersenyum dan segera menghampiriku dengan gas yang baru lalu mulai memasangnya. Ketika ku sedang berkendara di jalan raya, kau akan tersentak ketika aku mengabarimu bahwa ada masalah yang terjadi pada kendaraanku. Tak peduli saat itu kau dimana, hanya hitungan menit kau sudah ada di depan mata ku. Hanya dengan senyuman, kau usap kepalaku seolah ingin memberi tahu bahwa aku sudah bisa tenang karena pahlawan ku sudah datang.

Kau begitu sempurna dimataku. Tapi aku tak dapat begitu untuk mu. Aku tak pandai memasak, tak pandai bersolek, bahkan untuk mengurus rumah tangga pun kau sering turun tangan. Tapi kau selalu pandai membuat keadaan berbalik. Masakan ku yang sangat biasa menjadi enak hanya karena senyumanmu sebagai wujud penghargaan pada masakanku. Aku yang tidak cantik dan gemuk ini berubah menjadi teddybear yang manis begitu kau peluk dan kau cubit pipi chubby ku sambil berbisik, "cantik". Ya, mungkin aku tak sehebat, dan tak secantik wanita di luar sana, tapi aku berani jamin kepada mu, wahai calon suami ku, Kesetiaan dan loyalitas ku adalah nomor wahid. Aku bukan wanita yang mudah jatuh cinta, apalagi berpaling. Jadi kau tak perlu takut ku khianati. Aku bukan wanita yang menginginkan mas kawin berlian.Jadi kau tak perlu takut aku tinggalkan ketika hanya seperangkat alat sholat yang kau sediakan. Aku adalah wanita paling penyabar, Untuk bertemu dengan mu saja aku tak mencoba melangkahinya dengan pria lain. Ya mungkin hanya itu yang bisa kau banggakan pada diri ku.

Setiap pagi kau pergi mencari rizky, Aku pun demikian, mencari tambahan untuk tabungan. Tapi tenang saja, dapat ku pastikan aku tetap akan mengantarmu berpamitan di depan pintu, dan aku pula yang tiba duluan dan menanti kedatangan mu di depan pintu.

Kadang kita bisa menjadi monster satu sama lain. Kau muak dengan kebawelan ku, dan aku kesal dengan segala amarah mu. Tapi berjanjilah ketika hal itu terjadi, cium aku sehingga aku menjadi diam, dan aku akan memelukmu untuk mendinginkan amarah mu. Tapi kadang pula kita akan berada pada posisi lebih parah dari sekedar menjadi monster, yaitu ketika kita menjadi Amerika Serikat dan Uni Soviet -Perang dingin. Mungkin saat itu kita sama-sama lelah dengan keegoisan masing-masing, sudah tidak tahu lagi apa yang masih bisa dibicarakan. Harus ku ingatkan dari sekarang, yang perlu kita lakukan hanya berbicara kepada Allah. Mengapa Allah mempertemukan, mengapa kita yang harus menghancurkan. Maka Allah saat itu akan menuntukan kita kembali pada rasa kasih sayang dan perdamaian.

Maka bersediakah kamu menjadi kawan terbaiku membangun masa depan? Jadi orang yang aromanya selalu ku hirup setiap malam. Pria yang namanya tak pernah absen kusebut dalam sujud dan tangkupan tangan.Kita akan memulai semuanya dari nol. Barangkali kita tak akan langsung hidup nayaman.Rumah kontrakan sederhana juga sudah cukup membahagiakan.

Sudikah kamu jadi bapak dari anak-anakku? Mereka yang akan kita dewasakan bersama. Nyawa-nyawa baru yang akan membagi kasih sayang kita.Oh tidak, kita yang harus menambah kasih sayang kita.

Akankah kau mengizinkanku mengubah nama belakangku dari "Widiatno" menjadi nama belakangmu? Menjadi pribadi terhormat yang mengandung anak dari benihmu.

Maukah kau menghabiskan masa denganku? Dengan rendah hati menerima segala kekuranganku. Betapa aku akan bahagia saat akhirnya bisa jadi orang oertama yang kau lihat setiap membuka mata.

Kita akan menua bersama, ditemani tawa dan kerut yang makin nyata. Berjanjilah, tak peduli nanti kita berselisih paham, atau kekurangan uang, bahkan saat anak-anak kita berulah dan menyusahkan- kau dan aku akan kembali saling menatap untuk menemukan keyakinan: kita akan tetap baik-baik saja.

Relakah priaku, jika kau kudampingi sampai surga?

Sayang, dari 3,4 Miliar pria diluar sana: aku berharap kamu ada. 




Sampai Kelak Kita Bertemu,
Kamu, masa depanku

Dari Calon Istrimu.