Minggu, 04 Januari 2015

Rindu Yang Nakal

untuk kamu yang meninggalkan dan aku tinggalkan,
apa kabar mu disana? sudah lama tidak bersua. Aku masih tetap begini, tak ada yang berubah.Hanya saja rindu yang kau sisakan, entah mengapa kian hari kian membanyak. Untuk apa rindu ini? mengapa harus rindu ini? aku pun tidak tahu.Bahkan untuk sebuah rasa yang sebenarnya sama-sama kita tinggalkan, mengapa harus ada rindu yang tersisa. Seharusnya itu juga tertinggal. Ah, mengapa justru dia tertinggalnya disini. Apakah kamu tidak?

Entah dimulai sejak kapan, tidurku tak pernah nyenyak. Rindu ini selalu memutarkan slide tentang kamu, dan tentang kita. Padahal sungguh aku tak ingin mengulang itu semua. Sering aku berpikir, mengapa melupakan rasa ke kamu menjadi paling sulit, padahal aku adalah orang yang paling pelupa apalagi ketika sudah tidak bertemu bahkan tidak berhubungan lagi. Apa yang spesial darimu? seingatku tidak ada yang spesial selama aku mengenalmu selain kepalsuan yang terus kau berikan. Oh mungkinkah memang karena itu semua? 

Ayooo bantu aku berpikir, dan temukan solusinya. Tidak mungkin aku harus bersabar lebih lama lagi untuk terus dihantui rindu yang nakal ini. Aku ingin kembali tidur nyenyak lagi setiap malam tanpa harus mengingatmu. Karena keesokannya sudah banyak kerjaan yang menungguku.Memikirkanmu sebelum tidur hanya membuat ku kembali menjadi insomnia. 

Setelah sekian lama aku memikirkannya juga, akhirnya aku sedikit mendapat cahaya dari semua kerancuan ini. Ingat, ketika kita tiba pada saatnya berpisah? saat itu adalah saat yang aku tunggu-tunggu. Saat aku harus merelakan dirimu bersama kisah semu yang selalu kau banggakan, saat aku harus merelakan semuanya tanpa paksaan karena memang perpisahan yang menjemputnya. Kau tahu, betapa aku sudah lama menantikannya. Karena aku tidak perlu bersusah payah datang dan pergi yang tak pasti ke padamu, ya karena dengan perpisahan justru memberikan kita sebuah akhir yang pasti.Tapi setalah kau keluar dari gerbang perpisahan, kau sendiri yang seakan tak merelakanku. Kau menantiku di suasana yang lain. Kau menjadi lebih indah dari biasanya. Membuatku yang sudah beranjak pergi, harus berbalik arah karena terpesona dengan keindahan yang bahkan belum pernah kau berikan padaku. Hingga keindahan memberikan harapan yang seakan pasti. Dan itulah puncaknya aku terperosok jauh lebih dalam pula dari biasanya. Ternyata kita ku mulai lengah, justru kau malah kembali pergi, bahkan berlari. Kau semakin sulit kucari dan ku raih, karena kita tak lagi dalam gerbang yang sama. Kau sukses membuat aku penasaran dengan sosok mu yang lenyap ditelan bumi.

Maka itu lah yang membuat rindu ini berkembang. Setelah kamu meninggalkan, aku pun juga meninggalkan semua tentang kita, tak ada yang tersisa. Tapi ternyata kehilangan mu yang tiba-tiba justru meninggalkan rasa penasaran ku, yang ternyata juga sukses menyisakan rindu. Seandainya saja saat itu kau tidak pernah berbalik seakan menungguku, seandainya saja saat itu aku membiarkanmu pergi tanpa harus menghiraukan kau yang datang kembali, seandainya saja saat itu kita memang benar-benar berpisah, mungkin kita akan tetap menjadi teman baik yang dulu pernah saling mengenal dan belajar kehidupan bersama-sama. Karena memang kita berpisah pada waktu dan moment yang tepat.Tanpa harus sok melawan semua itu dan berusaha untuk kembali bersama. 

Sekarang untuk bertemu dengan mu, mungkin saja aku mau untuk melepas semua rasa penasaran ini beserta semua rindu-rindu yang nakal. Tapi entahlah, aku merasa yakin bahwa justru ketika nanti kita akan berjumpa, akan terjadi kecanggungan karena teringat akhir hubungan kita yang telah sama-sama kita rusak. 

Biarlah kusimpan sendiri semua rasa ku seperti biasanya. Aku akan mecoba lebih sabar lagi untuk melawan rasa ini semua. Biar saja kita bertemu lagi dalam waktu yang lama. Aku percaya waktu mampu mengubah segalanya. Mungkin saja saat itu waktu mampu mengubah kita kembali menjadi teman yang saling mendukung.

Untuk saat ini aku akan mencoba memanipulasi sedikit. Memanipulasi rasa rinduku sendiri. Ku tanamkan dalam pikiranku sendiri, bahwa rindu ini adalah rinduku pada seorang teman lama yang pernah pergi, namun kembali, hingga akhirnya menghilang tanpa pernah mengucap salam perpisahan. Ya, sekali lagi ku tekankan agar manipulasi ini semakin meyakinkan,ini adalah rasa rindu untuk seorang teman. Titik.