Kadang aku juga ingin menangis di depan mu.
Terkadang justru sering.
Tak ingin kusembunyikan tangisku.
Ingin kupecahkan hening mu dgn isak ku.
Bukan untuk menggertak.
Hanya ingin kau lihat lemah ku.
Lelah ku, yg juga sudah lelah kusembunyikan.
Aku bosan berpura-pura.
Sampai rasanya mati rasa.
Tapi aku saja tak tahu kalau sabar ku msh panjang.
Kapan kah ia kan habis. Ingin rasanya ku habisi saja.
Biar berakhir dengan cara yg tak biasa.
Jadi kau tak perlu melulu mencoba buat ku menangis. Aku pun rasanya ingin teriak di depan mu.. Sampai menangis..
Selasa, 17 Desember 2019
Rabu, 04 Desember 2019
Why oh Why
Tahu nggak, tulisan ku beberapa tahun ini hanya tentang kesedihan..
Kenapa ya? hihi
Mungkin saat menulis mata ku sembab, hati sakit, dan mulut ku bergetar.
Kenapa ya? hihi
Mungkin saat menulis mata ku sembab, hati sakit, dan mulut ku bergetar.
Jumat, 11 Oktober 2019
Susahnya jadi Ririn
Susahnya jadi Ririn, yang harus tahu semua keinginan orang, tapi tidak ada yang mau tahu keinginannya. Ririn harus pintar menerka kondisi tanpa perlu diberi tahu. Bahkan disaat semua orang boleh marah, Ririn tidak boleh. Ririn hanya harus tetap menjadi Ririn yang baik buat semua orang, yang memikirkan perasaan orang lain, yang menghendaki keadaan harus tetap baik. Kadang Ririn jugag punya kecewa, juga punya kesal, bahkan benci. Tapi dia simpan rapat sendiri. Lagi-lagi demi keadaan yang harus tetap baik, dan demi perasaan orang lain yang harus dia jaga.
Semua beban itu harus Ririn yang tanggung. Semakin berat, semakin senang lah mereka. Ririn nggak boleh ngeluh. Buat mereka Ririn itu kuat. Mereka nggak mau tahu Ririn juga bisa selemah lembaran tisu yang basah. Ririn harus tetap menjadi sosok yang mereka kira. Harapan mereka setinggi itu kepada Ririn, tapi Ririn selalu dikecewakan dengan harapan yang nggak kalah tinggi kepada mereka. Tapi Ririn masih nggak boleh marah.
Disaat semua boleh menolak, Ririn nggak boleh. Ririn itu kan bisa segalanya. Ririn hebat. Karena hebat, Ririn nggak boleh nyerah. Susah kan jadi Ririn, karena Ririn harus terus berjuang sedang mereka boleh berleha-leha. Saat semua boleh bergantung, Ririn nggak boleh. Mereka bebas datang kapan pun mereka butuh, tapi ketika Ririn bersikap demikian, semua diam. Ririn hanya menapaki dirinya lagi-lagi sendiri.
Susahnya lagi jadi Ririn, terlalu banyak perasaan yang dipendam. Terlalu banyak rasa tangis yang dia tahan, bahkan rasa suka pun tersembunyi rapih. Ririn yang bagi semua orang selalu happy, sebenarnya hanya menyimpah banyak misteri isi hati.
Aku tak bisa membayangkan bagaimana harus menjadi Ririn.
Aku tak bisa membayangkan bagaimana harus menjadi Ririn.
Senin, 22 April 2019
Help!!
Tolong. Aku benar-benar minta tolong. Aku Cuma minta tolong kasih aku satu aja
motivasi aku untuk bertahan. 4 tahun aku disini, semakin lama aku semakin TIDAK
BAHAGIA. Semakin ku BERTAHAN semakin aku sakit. Ga ada lagi yang mampu
membuatku bertahan disini. Semuanya terlalu menekanku. Pekerjaanku, lingkungan
ku, sahabat ku, bahkan diri ku sendiri. Aku terlalu memikirkan kenyamanan orang
lain disaat aku sendiri bahkan tidak mampu lagi memberikan kenyamanan untuk
diri ku sendiri. AKU MAU PULANG TAPI AKU TIDAK BISA. Lagi-lagi ada kepentingan
lain yang harus kupikirkan.
Tolong, bahkan diriku sendiri semakin menekan ku. Aku lelah. Benar-benar
lelah. Siapa lagi yang mau mengerti diriku. Diriku sendri pun tak bisa lagi
membuat ku bahagia. Dia terlalu sibuk dengan kebahagiaan oranglain. Kesabaraan
tanpa batas ku pun hanya habis terbuang sia-sia untuk orang lain yang bahkan
tidak sanggup menungguku sebentar saja.
Tolong. Hati ku kian hari kian sakit. Melakukan apa yg orang pinta sedang
aku tak pernah dipikirkan nasibnya. Aku semakin sakit saat hanya semakin banyak
menampung kesalahan di mata mereka. Sedang kesabaran ku semakin terasa sia
karena selalu menghapus segala salah terhadap ku. Aku yang selalu salah disaat
orang-orang seakan tak boleh salah.
Tolong. Air mata ku sudah tak terbendung lagi. Bahkan tak jarang aku
menangis dalam kering. Banyak laku yang mengecewakan ku. Banyak kenyataan yang
semakin menyudutkan ku. Sedang aku tak mampu mengucapnya.
Tolong. Kalaupun aku tidak bahagia, paling tidak aku tidak ingin merasa
sesakit ini. Apalagi atas perilaku manusia. Perilaku dari orang-orang terdekat.
Orang-orang yang seharusnya bisa kupercaya untuk menyandarkan hidupku lama
disini. Tapi ternyata semakin menikam ku.
Tolong. Beritahu mereka aku hampir nyerah. Bahkan aku sudah tidak sanggup
lagi. Segala penyakit mental mulai kutakuti saking aku tak mampu lagi menahan
segala amarah ku. Aku hampir depresi. Tolong beri tahu mereka, senyum ku ini
palsu. Aku juga tidak tahu apa kah aku masih punya kemampuan untuk menyembunyikan
segala kepalsuan ini.
Tolong. Aku sudah benar-benar tidak punya lagi orang yang bisa kumintai
tolong. Bahkan diri ku pun sudah tidak bisa melakukan pertolongan pertama lagi.
Aku lelah. Aku Sakit. Aku sedih.
Langganan:
Postingan (Atom)